Rabu, 21 Juli 2010

Analisa Kepentingan Politik Luar Negeri Australia Dalam Proposal Asia Pasific Community

Saat masih menjadi Shadow Foreign Minister, Kevin Rudd memformulasikan tiga pilar politik luar negeri (PLN) Australia yang mencakup The US Alliance, Engagement with the UN, dan Engagement with Asia. Setelah terpilih, Rudd tetap memegang formulasi PLN Australia dalam tiga pilar tersebut. Kevin Rudd berasal dari Faksi Kanan di dalam Australian Labour Party dan bukan dari faksi Kiri, oleh karena itu pandangan Politik Luar Negerinya tidak akan jauh berbeda dengan kebijakan pemerintahan konservatif sebelumnya, yaitu tetap akan mempertahankan aliansi militernya dengan AS.[1]

Dalam perkembangannya, rasionalitas pilihan Pemerintah buruh Australia memandang ada persamaan skala kepentingan yang besar antara kedekatannya dengan Asia maupun kepentingan menjaga hubungan baik dengan Inggris maupun AS.[2] Hal ini disebabkan adanya kepercayaan terhadap realitas politik bahwa hubungan Australia-Asia yang lebih intens akan lebih menentukan proyeksi Australia ke depan daripada sekedar memorabilia historis degan Inggris ataupun AS. Sementara itu, keterlibatan Australia terhadap PBB juga ditunjukkan oleh Kevin Rudd dengan menandatangani protocol Kyoto dan penarikan mundur pasukan Australia di daerah konflik, seperti di Irak dan Afghanistan

Rasionalitas kebijakan luar negeri Australia diarahkan oleh komitmen Australia terhadap multilateralisme dan regionalisme dalam hubungan bilateral yang erat dengan sekutu-sekutu utamanya. Setiap pemimpin Australia sadar betul akan kepentingan nasional Australia dalam konteks regional maupun global. Oleh karena itu kebijakan luar negeri Australia diarahkan untuk mencapai prioritas-prioritas utama yang ditetapkan untuk mewujudkan kepentingan nasional. Perhatian Australia saat ini terfokus pada freetrade, terorisme, kerjasama ekonomi dengan Asia dan stabilitas di Asia Pasifik.[3] Hubungan Australia dan komunitas internasional dipengaruhi oleh posisinya sebagai `a leading trading nation’ dan sebagai donor bantuan humanitarian yang cukup penting.

Salah satu faktor objektif penting yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Australia adalah karakteristik uniknya yang disebut Samuel P Huntington sebagai `a torn country’: secara kultural Australia merupakan bagian dari budaya Eropa, namun secara geografis menjadi bagian dari ‘komunitas Asia’. Karakteristik tersebut membuat Australia merasa dan dipandang oleh negara-negara tetangganya sebagai negara asing di kawasan Asia. Sebagai suatu geo-culturally torn country, Australia harus melakukan sejumlah penyesuaian-penyesuaian strategis sebagai upaya survive di lingkungan yang unik tersebut. Engagement dengan negara-negara tetangga terdekat di kawasan terdekat (Asia) adalah keharusan. Menjadi bagian dari an Asia Pacific nation telah menjadi prioritas orientasi PLN Australia.

Kevin Ruud dan Arah Kebijakan Luar Negeri Australia

Berdasarkan “Teori Personal Leader” yang dicetuskan oleh Margareth Hermann,[4] dijelaskan bahwa kontribusi karakteristik dan orientasi personal akan mempengaruhi perilaku atau respon aktor politik terhadap lingkungannya. Orientasi personal tersebut ditransformasikan menjadi orientasi kebijakan luar negeri. Hermann mendeskripsikan dua karakteristik utama pemimpin politik dalam hubungan internasional yaitu agresif dan konsiliatoris.[5] Agresif cenderung untuk terlibat dalam perang atau konflik, peningkatan kapasitas militer, kebutuhan terhadap power tinggi, memiliki trust yang rendah terhadap pihak lain, dan nasionalis. Sebaliknya, konsiliatoris cenderung untuk terlibat aktif dalam perjanjian internasional, kebutuhan terhadap afiliasi tinggi serta memiliki trust yang tinggi terhadap pihak lain, dan kurang nasionalis.

Sejak diangkat sebagai perdana menteri (PM) ke-26 Australia pada 3 Desember 2007, Kevin Rudd telah menunjukkan ke-moderat-an identitasnya pada jabatan pemimpin negara. Rudd memiliki kepribadian yang lincah dalam pergaulannya serta bersikap terbuka dan tidak pretensius. Secara pribadi, orientasi Rudd lebih mengarah kepada kecenderungan terhadap Asia. Hal ini terbentuk dari pengalaman kultural Ruud, yakni belajar bahasa dan budaya Tiongkok di universitas dan pernah tinggal lama di Beijing baik sebagai diplomat maupun konsultan bisnis. Kevin Rudd terlihat lebih ramah terhadap Asia mengingat latar belakang pendidikannya pada Pusat Studi Asia di Universitas Nasional Australia (ANU) dan keahliannya dalam berbahasa Mandarin.[6]

Dari gambaran karakteristik personal yang dimiliki oleh Ruud, dapat dilihat bahwa dengan latar belakang diplomat dan afiliasi Partai Buruh yang mendukungnya, kebijakan Rudd sangat berorientasi ke Asia. Rudd dikategorikan sebagai pemimpin yang konsiliatoris berdasarkan analisa produk kebijakan yang sudah dikeluarkannya selama menjabat sebagai perdana menteri Australia. Terlihat bahwa Rudd memiliki kecenderungan karakter personal yang lebih menitik-beratkan pada perjanjian dan kerjasama internasional serta afiliasi dengan pihak atau negara lain. Hal ini pulalah yang membawa Australia melalui kepemimpinan Kevin Rudd mengeluarkan gagasan besar mengenai desakan untuk membentuk suatu komunitas bersatu di Asia pasifik.

Asia Pasicif Community; Engagement With Asia

Australia adalah negara kekuatan menengah di Asia Pasifik yang sering melontarkan gagasan kerja sama multilateral di kawasan. Pada 1960-an Australia melontarkan gagasan Pacific Economic Cooperation Conference (PECC) dan pada akhir 1980-an, Australia pula yang melontarkan gagasan pembentukan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) yang dibentuk pada 1989. Di dalam pidatonya kepada Asia Society Australia pada tanggal 5 Juni 2008, Ruud menguraikan tentang berbagai tantangan regional dan global yang dihadapi oleh Australia dan juga negara­-negara lain di kawasan, seperti perubahan iklim, krisis energi dan pangan dan munculnya kekuatan baru yaitu China dan India. Ruud melihat suatu kebutuhan akan adanya institusi-institusi regional yang kuat dan efektif dalam rangka menghilangkan beberapa keretakan di dalam hubungan antar negara yang terjadi saat ini sekaligus untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut.[7]

Gagasan PM Rudd tersebut menunjukkan adanya ambisi Ruud ingin agar Australia tercatat kembali sebagai negara pelontar gagasan kerja sama ekonomi, politik, dan keamanan di Asia Pasifik. Ide tersebut kembali ditekankan oleh KTT ASEAN ke-15 di Hua Hin, Thailand Oktober 2009 dan menjelang KTT APEC di Singapura November 2009.[8] Komunitas Asia Pasifik diharapkan bukan hanya dapat mendorong kerja sama dan aksi dalam menghadapi isu-isu ekonomi, politik, dan keamanan, melainkan juga dapat mengembangkan apa yang disebutnya sebagai genuine and comprehensive sense of community. Diharapkan, komunitas terebut menjadi arsitektur keamanan baru yang dapat mencegah terjadinya konflik kepentingan terkait dengan ekonomi, politik, dan keamanan di kawasan Asia Pasifik. Dalam pandangan PM Rudd belum ada mekanisme regional yang mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Gagasan tersebut memang mirip dengan apa yang terjadi di Atlantik Utara ketika beberapa negara Eropa Barat membangun Komunitas Keamanan Pluralistik melalui Treaty of Rome, 1957. Dari awalnya hanya sebagai komunitas yang mengatur penjualan batu bara dan biji besi kemudian berkembang menjadi Masyarakat Ekonomi Eropa, Masyarakat Eropa, Pasar Tunggal Eropa, dan kemudian menjadi Uni Eropa. Sebagai akibat perang atau konflik kepentingan yang datang silih berganti selama beberapa abad di Eropa, negara-negara di kawasan tersebut mulai concern terhadap penghentian perang dan menciptakan suatu sense of community. Hal ini dalam konsep Karl Deutsch disebut sebagai dependable expectation of peaceful change yang bermuara pada terciptanya durable peace, stability and prosperity in the region.[9]

Menurut "The Australian" mengutip pernyataan PM Rudd,[10] kesepakatan perdagangan bebas akan tercakup dalam APU. Institusi regional akan memberikan ruang kerja sama bagi masalah-masalah global seperti terorisme dan keamanan energi jangka panjang. Menurut Rudd, aliansi yang akan diwujudkan tahun 2020 tersebut, akan menjadi wadah dialog, kerja sama dan aksi ekonomi dan politik guna menghadapi tantangan masa depan regional, yang berkaitan dengan isu-isu keamanan. Untuk itu, Kevin Ruud menginginkan Uni Asia Pasifik berbentuk serupa dengan aliansi keamanan Uni Eropa. Institusi tersebut juga akan ditopang lima negara pilar yaitu Amerika, Jepang, China, India, Indonesia, dan Australia.

Analisa Kepentingan Australia Bagi Terbentuknya Asia Pasific Community.

Munculnya proposal tentang Komunitas Asia-Pasifik ini membawa beberapa implikasi mendasar untuk dikaji lebih mendalam.

Pertama, ide ini selaras dengan pilar-pilar politik luar negeri Australia yang telah ditetapkan di bawah administrasi Partai Buruh. Komunitas Asia­ Pasifik diharapkan dapat menjadi salah satu strategi penting untuk menciptakan keterlibatan secara komprehensif (comprehensive engagement) dengan negara-negara tetangga di Asia. Di samping itu, keterlibatan ini penting untuk meminimalkan kemungkinan munculnya persaingan dan konflik yang mengakibatkan ketidakstabilan regional[11] dan tentunya juga keamanan nasional Australia.

Analisa selanjutnya yang bisa dilihat adalah trend yang terjadi di dunia internasional dengan pembentukan blok-blok kerjasama per regional, sebut saja UE, ASEAN yang berencana membentuk Komunitas ASEAN, ASEAN+3, NAFTA, Amerika Tengah dan Amerika Latin juga sudah mencetuskan ide tersebut. Trend kerjasama regional akan merugikan negara-negara non anggota. Dengan demikian, Australia yang tidak bergabung di regional manapun merasa terancam apabila Australia tidak cepat ikut masuk ke dalam salah satu regional dan regional yang paling logis untuk bisa Australia ikut bergabung adalah Asia Pasifik.

Secara geopolitik, Australia ingin lebih memainkan peran aktif di kawasan dan ikut menjadi pemimpin baru di kawasan. Saat ini sejumlah negara kuat di dunia sedang berlomba meraih supremasi di Samudera India karena perannya yang semakin penting sebagai jalur pengapalan bahan bakar dari Timur Tengah ke Asia. Sehingga dengan demikian tidak mengherankan Australia mencoba ikut aktif dan berupaya menebar pengaruhnya apabila komunitas Asia Pasifik berhasil dibentuk.

Kedua, proposal tentang Komunitas Asia-Pasifik ini juga mencer­minkan pengakuan Australia sebagai “active middle power” di dalam konstelasi struktur global saat ini. Seperti dikatakan oleh Duta Be­sar Richard Woolcott, ide tersebut akan terlihat tidak terlalu provokatif jika muncul dari negara seperti Australia daripada menjadi gagasan Amerika Se­rikat atau China.[12] Gagasan tersebut juga menunjukkan indikasi yang sangat jelas bahwa Australia di bawah kepemimpinan yang baru betul-betul berupaya untuk berperan penting dalam pembentukan arsitektur re­gional untuk menciptakan stabilitas regional, demi men­jamin keamanan nasional Australia. Selain itu, dalam rangka upaya menjadi kekuatan yang aktif dan signifikan di kawasan, tentunya penting untuk mengulang kembali kesuksesan negara tersebut yang ditunjukkan dengan berdirinya APEC pada tahun 1988 berdasarkan usul dari PM Bob Hawke.

Ketiga, terkait dengan implikasi kedua, pandangan realis tertentu juga melihat bahwa gagasan tersebut merupakan manifestasi dari adanya suatu kekhawatiran tentang potensi persaingan yang intensif di antara kekuatan-kekuatan di kawasan, yaitu Amerika Serikat, Jepang, China dan India. Walaupun merupakan suatu hal yang mustahil untuk menghilangkan semua potensi konflik, institusi baru ini diharapkan dapat mengakomodasi, bahkan mengarahkan arah pertumbuhan China atau India, sebagai calon-calon kekuatan baru, yang masih dianggap belum jelas hingga saat ini.[13]

Kekhawatiran besar Australia adalah munculnya China dan India sebagai dua kekuatan besar Asia akan menantang adi daya Amerika Serikat dan tentunya mencemaskan negara-negara lebih kecil di Asia yang selama ini menganggap Amerika Serikat sebagai negara adi daya yang ramah. Dengan demikian, Australia yang merupakan sekutu terdekat dengan Amerika Serikat berupaya melindungi hegemoni Amerika Serikat di dunia dengan berupaya memperlebar akses pengaruh Amerika Serikat di Asia dan Pasifik melalui ide pembentukan komunitas tersebut. Meski China menerapkan economy-first diplomacy terhadap Jepang khususnya dan kepada Taiwan serta negara-negara di kawasan, kekuatan ekonomi China yang memungkinkannya membangun kapabilitas pertahanan yang kuat pada 2020 memang amat mencemaskan negara-negara di kawasan Asia Timur Laut, Asia Tenggara, dan juga Australia. Australia melihat kemajuan modernisasi militer Cina sangat mengancam keamanan nasional Australia sehingga Australia berupaya sebisa mungkin untuk merangkul negara-negara di kawasan Asia Pasifik untuk bekerja sama demi melindungi keamanan nasional Australia dengan cara pembentukan komunitas tersebut. Keuntungan jangka panjang apabila komunitas tersebut berhasil dibentuk adalah berkurangnya ancaman langsung dari negara-negara besar seperti Cina pada Australia.

Namun demikian, dalam arti positif China dan India akan bertindak sebagai dinamo-dinamo ekonomi baru yang memberikan keuntungan bagi kawasan Asia bahkan jika kehadiran ekonomi Amerika Serikat di kawasan semakin menurun. Australia yang sangat tidak diuntungkan secara geografis karena terkucilkan dari kerjasama regional akan bisa memanfaatkan Asia Pasifik sebagai region untuk mengintensifkan kerjasama. Sebagai catatan, perdagangan di Asia Pasifik mencapai 50% dari perdagangan seluruh dunia.[14] Australia yang merupakan negara yang mengandalkan perdagangan bagi pemasukan dalam negerinya melihat potensi besar yang berada di kawasan Asia Pasifik bagi ekonomi Australia. Dengan demikian, apabila ide pembentukan komunitas Asia Pasifik berhasil direalisasikan, Australia akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar secara ekonomi dengan mendapatkan akses pasar ke Asia dan Pasifik, serta mendapatkan keuntungan dari booming kemajuan ekonomi India dan Cina. Australia akan dapat mudah masuk ke ASEAN, Asia Timur, serta Asia Selatan (khususnya India) dan Pasifik sekaligus.

Salah satu penjelasan yang dapat menggambarkan perilaku negara dapat difokuskan pada lingkungan internasional. Hans Morgenthau menyatakan bahwa setiap negara pada dasarnya memiliki hubungan dengan lingkungan internasional yang menjadi suatu penegasan atas national interest negara tersebut. Dan kebijakan luar negeri sangat ditentukan oleh kondisi internasional. Dengan demikian lingkungan internasional yang terjadi bisa menjadi suatu penegasan atas national interest suatu negara.

Dari paparan analisa diatas, dapat dirangkum politik pencitraan Australia sebagai “warga dunia yang baik” melalui gagasan Politik Luar Negeri Australia terhadap gagasan pembentukan komunitas Asia Pasific Community. Pertama, terciptanya Australia yang lebih aman. Kedua, terciptanya suatu lingkungan strategis di Asia Pasifik dan dunia yang lebih aman. Ketiga, terciptanya suatu masyarakat Asia Pasifik yang lebih sejahtera. Keempat, terciptanya suatu dunia yang lebih baik

Kesimpulan

Sebuah lompatan politik dilakukan Australia melalui arah kebijakan PM Kevin Ruud. Setelah negara terebut memutuskan untuk menarik pasukan Australia dari Irak, dan menandatangani protokol Kyoto, pada pertengahan Juni 2008 Kevin Rudd mengeluarkan ide pembentukan suatu unifikasi komunitas Asia Pasific dalam agenda Asian Pasific Community.

Latar belakang PM Ruud sebagai seorang pemimpin yang konsoliatoris direfleksikan dalam kebijakan luar negeri pada tiga pilar utama dan dua diantaranya adalah kemitraan dengan Amerika Serikat dan orientasi ke Asia. Ide pembentukan Asia Pacific Community adalah fakta politik yang semakin mempertegas arah baru Politik Luar Negeri Australia.

Rasionalitas kepentingan nasional Australia terhadap pembentukan Asia Pacific Community dikonklusikan sebagai berikut. Pertama, ide Asia Pacific Community dimunculkan sebagai respon munculnya kekuatan baru di dunia yang berada di Asia yakni Cina dan India yang bisa menjadi ancaman sekaligus keuntungan bagi Australia. Posisi yang bagai dua mata uang tersebut direspon Australia dengan arah kebijakan agar kekuatan baru tersebut tidak menjadi ancaman. Australia berupaya merangkul negara-negara di Asia untuk berkerjasama demi melindungi keamanan nasionalnya. Kedua, potensi ekonomi yang sangat besar yang berada di Asia Pasifik dengan total perdagangannya merupakan 50% total perdagangan dunia. Dan terakhir adalah terkait ambisi Australia yang ingin menjadi new hegemon di Asia Pasifik.

REFERENSI

Buku

1. Australia Regional Security, North Sydney, Allen and Unvin Pty.Ltd, 1991

2. Evan, Gareth, Australia Foreign Relations: In The World of The 1990s, Melbourne, Melbourne University Press, 1993

3. Hamid, Zulkifli, Sistem Politik Australia, Bandung. LIP Fisip UI dan PT, Remaja Rosdakarya, 1999.

4. Smith, Rodney. Politics in Australia, St. Leonards Allen & Unwin Pty Ltd, 1993

5. Morgenthau, Hans. 1973. Politic among Nations. N.Y.: Alfred A. Knopf

Jurnal

1. Wilmar Salim and Kiran Sagoo, Sustaining a Resilient Asia Pacific Community, 2008, NewCastle, UK, Cambridge Scholars Publishing

http://www.c-s-p.org/Flyers/9781847184474-sample.pdf

2. Kevin Rudd to drive Asian Union, The Australian, 5/6/2008

3. Hermann, Margaret G. Assessing Leadership Style; A Trait Analysis, November 2002,Social Science Automation. Jurnal PDF diunduh melalui www.gygapedia.com

4. Vibhanshu Shekhar, Asia-Pacific Community Options and Opportunities for India, 2008, New Delhi, India, IPCS

http://www.ipcs.org/pdf_file/issue/2048701077IPCS-IssueBrief-No74.pdf

5. Defending Australia In The Asia Pasific Century: Force 2030

http://www.defence.gov.au/whitepaper/docs/defence_white_paper_2009.pdf

Artikel

1. Kevin Rudd’s speech to the Asia Society Australia, 5 June 2008, www.theaustral­ian.news.com.au/story/0,25197,23812266-5013871,OO.html

2. Nusa Bhakti, Ikrar. Kevin Rudd Datang Menjual Gagasan. 2008. Jakarta; Asosiasi Ilmu Politik Indonesia

Diunduh dari http://aipi.wordpress.com/2008/07/15/pm-kevin-rudd-datang-jual-gagasan/

3. Thailand shows interest in Rudd’s Asia-Pacific Community, http:/lwww,abc.net.aulnews/ storiesl2008/07/0412295210.htm?sectionworld.html

4. Jane Perlez, China’s Role Emerges as Major Issue for Southeast AsiaThe New York Times, 14 Maret 2006, http://www.nytimes.com/2006/03/14rice.html?ex=12992400&en=a5a92b09381ed=50888partner=rssny&emc=rss&pagewanted=all

5. Sinar Indonesia Baru, Edisi 26 November 2007. Kolom oleh Anak Agung Banyu Perwita dalam Lompatan Politik Panglima Kangguru Untuk Asia. http://hariansib.com/2007/11/kevin-rudd-%E2%80%9Charry-potter%E2%80%9D-partai-buruh/



[1] Dikutip dari Ikrar Nusa Bhakti,. Kevin Rudd Datang Menjual Gagasan. Asosiasi Ilmu Politik Indonesia.

Diunduh dari http://aipi.wordpress.com/2008/07/15/pm-kevin-rudd-datang-jual-gagasan/

[2] Dalam tradisi politiknya, Australia terbiasa berurusan dengan sekutu-sekutunya yang besar dan powerful, dan siap mengakomodasi sekutunya sejauh biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, tindakannya tidak terlalu berdampak langsung terhadap pencitraan Australia dan diperoleh keuntungannya pragmatis (so long as the cost is not too high, the action not too close to home and the benefits tangible – a pragmatic, if unattractive national trait).

[3] Disarikan dari Kevin Rudd’s speech to the Asia Society Australia, 5 June 2008, www.theaustral­ian.news.com.au/story/0,25197,23812266-5013871,OO.html

[4] Margaret G. Hermann, Assessing Leadership Style; A Trait Analysis, November 2002,Social Science Automation. Jurnal PDF diunduh melalui www.gygapedia.com

[5] Ibid

[6] Dikutip dari Sinar Indonesia Baru, Edisi 26 November 2007. Kolom oleh Anak Agung Banyu Perwita dalam Lompatan Politik Panglima Kangguru Untuk Asia. http://hariansib.com/2007/11/kevin-rudd-%E2%80%9Charry-potter%E2%80%9D-partai-buruh/

[7] Kevin Rudd’s speech to the Asia Society Australia, 5 June 2008, www.theaustral­ian.news.com.au/story/0,25197,23812266-5013871,OO.html

[8] Disarikan dari artikel Thailand shows interest in Rudd’s Asia-Pacific Community, http:/lwww,abc.net.aulnews/ storiesl2008/07/0412295210.htm?sectionworld.html

[9] Morgenthau, Hans. 1973. Politic among Nations. N.Y.: Alfred A. Knopf

[10] Kevin Rudd to drive Asian Union, The Australian, 5/6/2008

[11] Dalam sebuah tayangan di Metro TV Ruud menitikberatkan Salah satu contoh adalah ketidakmampuan ASEAN untuk mengatasi krisis di Myanmar hingga saat ini. Hal tersebut kemudian mendorong partisipasi Australia menjadi mediator aktif untuk menyelesaikan konflik antara Thailand dan Kamboja. Dalam tayangan yang sama Ruud menyebutkan APEC, ARF, KTT Asia Timur, ASEAN Plus Three dan ASEAN tetap diharapkan untuk memainkan perannya masing-masing yang akan menjadi batu-batu penyusun (building blocks) dari Komunitas Asia-Pasifik ini.

[12] John Chan, “Australian call for Asia-Pacific Community : A sign of growing tensions, http://www.relar6c1es12008/jun2008/rudd-j27.html

[13] Jane Perlez, China’s Role Emerges as Major Issue for Southeast AsiaThe New York Times, 14 Maret 2006, http://www.nytimes.com/2006/03/14rice.html?ex=12992400&en=a5a92b09381ed=50888partner=rssny&emc=rss&pagewanted=all

[14] Data diambil dari analisis grafik statistic perdagangan asia pasifik dalam jurnal Wilmar Salim and Kiran Sagoo, Sustaining a Resilient Asia Pacific Community, 2008, NewCastle, UK, Cambridge Scholars Publishing http://www.c-s-p.org/Flyers/9781847184474-sample.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar