Saat masih menjadi Shadow Foreign Minister, Kevin Rudd memformulasikan tiga pilar politik luar negeri (PLN) Australia yang mencakup The US Alliance, Engagement with the UN, dan Engagement with Asia. Setelah terpilih, Rudd tetap memegang formulasi PLN Australia dalam tiga pilar tersebut. Kevin Rudd berasal dari Faksi Kanan di dalam Australian Labour Party dan bukan dari faksi Kiri, oleh karena itu pandangan Politik Luar Negerinya tidak akan jauh berbeda dengan kebijakan pemerintahan konservatif sebelumnya, yaitu tetap akan mempertahankan aliansi militernya dengan AS.[1]
Dalam perkembangannya, rasionalitas pilihan Pemerintah buruh
Rasionalitas kebijakan luar negeri
Salah satu faktor objektif penting yang mempengaruhi kebijakan luar negeri
Kevin Ruud dan Arah Kebijakan Luar Negeri
Berdasarkan “Teori Personal Leader” yang dicetuskan oleh Margareth Hermann,[4] dijelaskan bahwa kontribusi karakteristik dan orientasi personal akan mempengaruhi perilaku atau respon aktor politik terhadap lingkungannya. Orientasi personal tersebut ditransformasikan menjadi orientasi kebijakan luar negeri. Hermann mendeskripsikan dua karakteristik utama pemimpin politik dalam hubungan internasional yaitu agresif dan konsiliatoris.[5] Agresif cenderung untuk terlibat dalam perang atau konflik, peningkatan kapasitas militer, kebutuhan terhadap power tinggi, memiliki trust yang rendah terhadap pihak lain, dan nasionalis. Sebaliknya, konsiliatoris cenderung untuk terlibat aktif dalam perjanjian internasional, kebutuhan terhadap afiliasi tinggi serta memiliki trust yang tinggi terhadap pihak lain, dan kurang nasionalis.
Sejak diangkat sebagai perdana menteri (PM) ke-26 Australia pada 3 Desember 2007, Kevin Rudd telah menunjukkan ke-moderat-an identitasnya pada jabatan pemimpin negara. Rudd memiliki kepribadian yang lincah dalam pergaulannya serta bersikap terbuka dan tidak pretensius. Secara pribadi, orientasi Rudd lebih mengarah kepada kecenderungan terhadap Asia. Hal ini terbentuk dari pengalaman kultural Ruud, yakni belajar bahasa dan budaya Tiongkok di universitas dan pernah tinggal lama di Beijing baik sebagai diplomat maupun konsultan bisnis. Kevin Rudd terlihat lebih ramah terhadap Asia mengingat latar belakang pendidikannya pada Pusat Studi Asia di Universitas Nasional Australia (ANU) dan keahliannya dalam berbahasa Mandarin.[6]
Dari gambaran karakteristik personal yang dimiliki oleh Ruud, dapat dilihat bahwa dengan latar belakang diplomat dan afiliasi Partai Buruh yang mendukungnya, kebijakan Rudd sangat berorientasi ke Asia. Rudd dikategorikan sebagai pemimpin yang konsiliatoris berdasarkan analisa produk kebijakan yang sudah dikeluarkannya selama menjabat sebagai perdana menteri Australia. Terlihat bahwa Rudd memiliki kecenderungan karakter personal yang lebih menitik-beratkan pada perjanjian dan kerjasama internasional serta afiliasi dengan pihak atau negara lain. Hal ini pulalah yang membawa
Asia Pasicif Community; Engagement With Asia
Australia adalah negara kekuatan menengah di Asia Pasifik yang sering melontarkan gagasan kerja sama multilateral di kawasan. Pada 1960-an Australia melontarkan gagasan Pacific Economic Cooperation Conference (PECC) dan pada akhir 1980-an, Australia pula yang melontarkan gagasan pembentukan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) yang dibentuk pada 1989. Di dalam pidatonya kepada Asia Society Australia pada tanggal 5 Juni 2008, Ruud menguraikan tentang berbagai tantangan regional dan global yang dihadapi oleh Australia dan juga negara-negara lain di kawasan, seperti perubahan iklim, krisis energi dan pangan dan munculnya kekuatan baru yaitu China dan India. Ruud melihat suatu kebutuhan akan adanya institusi-institusi regional yang kuat dan efektif dalam rangka menghilangkan beberapa keretakan di dalam hubungan antar negara yang terjadi saat ini sekaligus untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut.[7]
Gagasan PM Rudd tersebut menunjukkan adanya ambisi Ruud ingin agar Australia tercatat kembali sebagai negara pelontar gagasan kerja sama ekonomi, politik, dan keamanan di Asia Pasifik. Ide tersebut kembali ditekankan oleh KTT ASEAN ke-15 di Hua Hin, Thailand Oktober 2009 dan menjelang KTT APEC di Singapura November 2009.[8] Komunitas Asia Pasifik diharapkan bukan hanya dapat mendorong kerja sama dan aksi dalam menghadapi isu-isu ekonomi, politik, dan keamanan, melainkan juga dapat mengembangkan apa yang disebutnya sebagai genuine and comprehensive sense of community. Diharapkan, komunitas terebut menjadi arsitektur keamanan baru yang dapat mencegah terjadinya konflik kepentingan terkait dengan ekonomi, politik, dan keamanan di kawasan Asia Pasifik. Dalam pandangan PM Rudd belum ada mekanisme regional yang mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Gagasan tersebut memang mirip dengan apa yang terjadi di Atlantik Utara ketika beberapa negara Eropa Barat membangun Komunitas Keamanan Pluralistik melalui Treaty of Rome, 1957. Dari awalnya hanya sebagai komunitas yang mengatur penjualan batu bara dan biji besi kemudian berkembang menjadi Masyarakat Ekonomi Eropa, Masyarakat Eropa, Pasar Tunggal Eropa, dan kemudian menjadi Uni Eropa. Sebagai akibat perang atau konflik kepentingan yang datang silih berganti selama beberapa abad di Eropa, negara-negara di kawasan tersebut mulai concern terhadap penghentian perang dan menciptakan suatu sense of community. Hal ini dalam konsep Karl Deutsch disebut sebagai dependable expectation of peaceful change yang bermuara pada terciptanya durable peace, stability and prosperity in the region.[9]
Menurut "The Australian" mengutip pernyataan PM Rudd,[10] kesepakatan perdagangan bebas akan tercakup dalam APU. Institusi regional akan memberikan ruang kerja sama bagi masalah-masalah global seperti terorisme dan keamanan energi jangka panjang. Menurut Rudd, aliansi yang akan diwujudkan tahun 2020 tersebut, akan menjadi wadah dialog, kerja sama dan aksi ekonomi dan politik guna menghadapi tantangan masa depan regional, yang berkaitan dengan isu-isu keamanan. Untuk itu, Kevin Ruud menginginkan Uni Asia Pasifik berbentuk serupa dengan aliansi keamanan Uni Eropa. Institusi tersebut juga akan ditopang
Analisa Kepentingan Australia Bagi Terbentuknya Asia Pasific Community.
Munculnya proposal tentang Komunitas Asia-Pasifik ini membawa beberapa implikasi mendasar untuk dikaji lebih mendalam.
Pertama, ide ini selaras dengan pilar-pilar politik luar negeri
Analisa selanjutnya yang bisa dilihat adalah trend yang terjadi di dunia internasional dengan pembentukan blok-blok kerjasama per regional, sebut saja UE, ASEAN yang berencana membentuk Komunitas ASEAN, ASEAN+3, NAFTA, Amerika Tengah dan Amerika Latin juga sudah mencetuskan ide tersebut. Trend kerjasama regional akan merugikan negara-negara non anggota. Dengan demikian, Australia yang tidak bergabung di regional manapun merasa terancam apabila Australia tidak cepat ikut masuk ke dalam salah satu regional dan regional yang paling logis untuk bisa Australia ikut bergabung adalah Asia Pasifik.
Secara geopolitik, Australia ingin lebih memainkan peran aktif di kawasan dan ikut menjadi pemimpin baru di kawasan. Saat ini sejumlah negara kuat di dunia sedang berlomba meraih supremasi di Samudera India karena perannya yang semakin penting sebagai jalur pengapalan bahan bakar dari Timur Tengah ke Asia. Sehingga dengan demikian tidak mengherankan Australia mencoba ikut aktif dan berupaya menebar pengaruhnya apabila komunitas Asia Pasifik berhasil dibentuk.
Kedua, proposal tentang Komunitas Asia-Pasifik ini juga mencerminkan pengakuan
Ketiga, terkait dengan implikasi kedua, pandangan realis tertentu juga melihat bahwa gagasan tersebut merupakan manifestasi dari adanya suatu kekhawatiran tentang potensi persaingan yang intensif di antara kekuatan-kekuatan di kawasan, yaitu Amerika Serikat, Jepang, China dan India. Walaupun merupakan suatu hal yang mustahil untuk menghilangkan semua potensi konflik, institusi baru ini diharapkan dapat mengakomodasi, bahkan mengarahkan arah pertumbuhan China atau India, sebagai calon-calon kekuatan baru, yang masih dianggap belum jelas hingga saat ini.[13]
Kekhawatiran besar Australia adalah munculnya China dan India sebagai dua kekuatan besar Asia akan menantang adi daya Amerika Serikat dan tentunya mencemaskan negara-negara lebih kecil di Asia yang selama ini menganggap Amerika Serikat sebagai negara adi daya yang ramah. Dengan demikian, Australia yang merupakan sekutu terdekat dengan Amerika Serikat berupaya melindungi hegemoni Amerika Serikat di dunia dengan berupaya memperlebar akses pengaruh Amerika Serikat di Asia dan Pasifik melalui ide pembentukan komunitas tersebut. Meski China menerapkan economy-first diplomacy terhadap Jepang khususnya dan kepada Taiwan serta negara-negara di kawasan, kekuatan ekonomi China yang memungkinkannya membangun kapabilitas pertahanan yang kuat pada 2020 memang amat mencemaskan negara-negara di kawasan Asia Timur Laut, Asia Tenggara, dan juga Australia. Australia melihat kemajuan modernisasi militer Cina sangat mengancam keamanan nasional Australia sehingga Australia berupaya sebisa mungkin untuk merangkul negara-negara di kawasan Asia Pasifik untuk bekerja sama demi melindungi keamanan nasional Australia dengan cara pembentukan komunitas tersebut. Keuntungan jangka panjang apabila komunitas tersebut berhasil dibentuk adalah berkurangnya ancaman langsung dari negara-negara besar seperti Cina pada Australia.
Namun demikian, dalam arti positif
Salah satu penjelasan yang dapat menggambarkan perilaku negara dapat difokuskan pada lingkungan internasional. Hans Morgenthau menyatakan bahwa setiap negara pada dasarnya memiliki hubungan dengan lingkungan internasional yang menjadi suatu penegasan atas national interest negara tersebut. Dan kebijakan luar negeri sangat ditentukan oleh kondisi internasional. Dengan demikian lingkungan internasional yang terjadi bisa menjadi suatu penegasan atas national interest suatu negara.
Dari paparan analisa diatas, dapat dirangkum politik pencitraan Australia sebagai “warga dunia yang baik” melalui gagasan Politik Luar Negeri Australia terhadap gagasan pembentukan komunitas Asia Pasific Community. Pertama, terciptanya Australia yang lebih aman. Kedua, terciptanya suatu lingkungan strategis di Asia Pasifik dan dunia yang lebih aman. Ketiga, terciptanya suatu masyarakat Asia Pasifik yang lebih sejahtera. Keempat, terciptanya suatu dunia yang lebih baik
Kesimpulan
Sebuah lompatan politik dilakukan
Latar belakang PM Ruud sebagai seorang pemimpin yang konsoliatoris direfleksikan dalam kebijakan luar negeri pada tiga pilar utama dan dua diantaranya adalah kemitraan dengan Amerika Serikat dan orientasi ke
Rasionalitas kepentingan nasional
REFERENSI
Buku
1. Australia Regional Security, North Sydney, Allen and Unvin Pty.Ltd, 1991
2. Evan, Gareth, Australia Foreign Relations: In The World of The 1990s, Melbourne, Melbourne University Press, 1993
3. Hamid, Zulkifli, Sistem Politik Australia, Bandung. LIP Fisip UI dan PT, Remaja Rosdakarya, 1999.
4. Smith, Rodney. Politics in Australia, St. Leonards Allen & Unwin Pty Ltd, 1993
5. Morgenthau, Hans. 1973. Politic among Nations. N.Y.: Alfred A. Knopf
Jurnal
1. Wilmar Salim and Kiran Sagoo, Sustaining a Resilient
http://www.c-s-p.org/Flyers/9781847184474-sample.pdf
2. Kevin Rudd to drive Asian
3. Hermann, Margaret G. Assessing Leadership Style; A Trait Analysis, November 2002,Social Science Automation. Jurnal PDF diunduh melalui www.gygapedia.com
4. Vibhanshu Shekhar, Asia-Pacific Community Options and Opportunities for
http://www.ipcs.org/pdf_file/issue/2048701077IPCS-IssueBrief-No74.pdf
5. Defending
http://www.defence.gov.au/whitepaper/docs/defence_white_paper_2009.pdf
Artikel
1. Kevin Rudd’s speech to the Asia Society Australia,
2. Nusa Bhakti, Ikrar. Kevin Rudd Datang Menjual Gagasan. 2008.
Diunduh dari http://aipi.wordpress.com/2008/07/15/pm-kevin-rudd-datang-jual-gagasan/
3. Thailand shows interest in Rudd’s Asia-Pacific Community, http:/lwww,abc.net.aulnews/ storiesl2008/07/0412295210.htm?sectionworld.html
4. Jane Perlez,
5. Sinar
[1] Dikutip dari Ikrar Nusa Bhakti,. Kevin Rudd Datang Menjual Gagasan. Asosiasi Ilmu Politik Indonesia.
Diunduh dari http://aipi.wordpress.com/2008/07/15/pm-kevin-rudd-datang-jual-gagasan/
[2] Dalam tradisi politiknya, Australia terbiasa berurusan dengan sekutu-sekutunya yang besar dan powerful, dan siap mengakomodasi sekutunya sejauh biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, tindakannya tidak terlalu berdampak langsung terhadap pencitraan Australia dan diperoleh keuntungannya pragmatis (so long as the cost is not too high, the action not too close to home and the benefits tangible – a pragmatic, if unattractive national trait).
[3] Disarikan dari Kevin Rudd’s speech to the
[4] Margaret G. Hermann, Assessing Leadership Style; A Trait Analysis, November 2002,Social Science Automation. Jurnal PDF diunduh melalui www.gygapedia.com
[5] Ibid
[6] Dikutip dari Sinar Indonesia Baru, Edisi 26 November 2007. Kolom oleh Anak Agung Banyu Perwita dalam Lompatan Politik Panglima Kangguru Untuk Asia. http://hariansib.com/2007/11/kevin-rudd-%E2%80%9Charry-potter%E2%80%9D-partai-buruh/
[7] Kevin Rudd’s speech to the Asia Society Australia,
[8] Disarikan dari artikel
[9] Morgenthau, Hans. 1973. Politic among Nations. N.Y.: Alfred A. Knopf
[10] Kevin Rudd to drive Asian
[11] Dalam sebuah tayangan di Metro TV Ruud menitikberatkan Salah satu contoh adalah ketidakmampuan ASEAN untuk mengatasi krisis di
[12] John Chan, “Australian call for Asia-Pacific Community : A sign of growing tensions, http://www.relar6c1es12008/jun2008/rudd-j27.html
[13] Jane Perlez,
[14] Data diambil dari analisis grafik statistic perdagangan asia pasifik dalam jurnal Wilmar Salim and Kiran Sagoo, Sustaining a Resilient Asia Pacific Community, 2008, NewCastle, UK, Cambridge Scholars Publishing http://www.c-s-p.org/Flyers/9781847184474-sample.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar